ICO News

Pasar Khawatir Suku Bunga Tinggi, Kripto Terapresiasi – CNBC Indonesia



rev, CNBC Indonesia

Market

Sabtu, 30/09/2023 09:19 WIB



Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar kripto serentak menguat dalam 24 jam, setelah muncul kekhawatiran pasar jika suku bunga bertahan diposisi yang tinggi untuk waktu yang lama.

Merujuk dari CoinMarketCap pada Sabtu (30/9/2023) pukul 06.07 WIB, pasar kripto mayoritas menguat. Bitcoin melemah tipis 0,46% ke US$26.880,44 dan secara mingguan menguat 1,17%.

Ethereum naik 0,92% dalam 24 jam terakhir dan dalam tujuh hari melonjak 4,48%. XRP juga menguat 2,18% secara harian dan secara mingguan naik 1,03%.


Sementara Solana terapresiasi 2,09% dalam 24 jam terakhir dan secara mingguan berada di zona positif 4,11%.

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital naik 0,09% ke angka 1.134,60. Open interest terdepresiasi 1,76% di angka US$24,59 miliar.

Sementara dilansir dari Alternative.me, bitcoin fear & greed index tercatat berada di posisi 48 yang mana merupakan kategori netral atau lebih tinggi sedikit dibandingkan hari kemarin (29/9/2023) yang berada di angka 46 dengan kategori fear juga.

Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 42 yang menunjukkan bahwa pasar sudah berada dalam kondisi netral dengan kondisi pasar kripto saat ini.

Dilansir dari cointelegraph.com, perekonomian Amerika Serikat (AS) sedang menghadapi masa-masa yang penuh gejolak akhir-akhir ini, dengan indeks inflasi Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS yang meningkat secara signifikan sebesar 3,5% selama 12 bulan terakhir.

Readers Also Like:  UK and Canada privacy watchdogs investigating 23andMe data breach - Yahoo Finance Australia

Hal ini membuktikan bahwa upaya yang dilakukan oleh bank sentral AS (The Fed) untuk mengekang inflasi belum mencapai tingkat target sebesar 2%. Alhasil The Fed bersikap hawkish dan berpotensi menaikkan suku bunganya sebesar 25 bps pada sisa tahun ini.

Ketika suku bunga naik, harga obligasi yang ada turun, sebuah fenomena yang dikenal sebagai risiko atau durasi suku bunga. Risiko ini tidak terbatas pada kelompok tertentu saja melainkan risiko ini juga berdampak pada negara, bank, perusahaan, individu, dan siapa pun yang memegang instrumen pendapatan tetap.

Akhirnya, lonjakan imbal hasil ini menunjukkan bahwa investor menjadi semakin ragu untuk mengambil risiko dengan memegang obligasi jangka panjang. Bahkan yang dikeluarkan oleh pemerintah sendiri.

Bank, yang biasanya meminjam instrumen jangka pendek dan memberikan pinjaman jangka panjang, sangat rentan dalam kondisi ini. Mereka mengandalkan simpanan dan seringkali memegang Treasurys sebagai aset cadangan.

Ketika Treasury kehilangan nilainya, bank mungkin kekurangan dana yang diperlukan untuk memenuhi permintaan penarikan. Hal ini memaksa mereka untuk menjual Treasurys dan aset lainnya, sehingga membuat mereka hampir bangkrut dan memerlukan penyelamatan oleh lembaga-lembaga seperti Federal Deposit Insurance Corporation atau bank-bank besar.

Runtuhnya Silicon Valley Bank, First Republic Bank, dan Signature Bank merupakan peringatan akan ketidakstabilan sistem keuangan. Alhasil, risk asset seperti kripto mendapatkan angin segar dan mengerek harga kripto.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com



Saksikan video di bawah ini:

Video: The Fed Tahan Bunga Acuan di Level 5,25%-5,50%


Readers Also Like:  Tokenized Securities Market Trends Report 2023-2030 - Benzinga

(rev)




READ SOURCE

This website uses cookies. By continuing to use this site, you accept our use of cookies.